Selasa, 17 September 2013

Pra part-1

Direject direject ajaaaaahhh..
Yeyeyeye! ngga tau gimana harus menghibur diri.

Kemarin hari pertamaku ngobrol sama mas-mas dosen yang (semoga) bakal jd dosen pembimbingku. Cerita sana sini situ soal masalah yang aku temuin setelah membaca majalah seputar strategi marketing. Keren nggak sih kalo skrg gue bacaannya kyk begituan?!! :3
Awalnya itu deg-deg'an. Takut nggak ngerti apa-apa kalo suruh memperjelas, hmm tapi alhasil....... tetep aja nggak ngerti. Aku belum nemuin masalah yang berarti, kalo kata dosenku nih ya: "problemnya belun konkrit". Yaela mennn!!! Aku bukan tipe orang yang sukak konkritin problem. Aku kan anak mama papa yang baik. Tapi harus gmn lagi. Demi kehormatanku memeroleh gelar dewa sarjana, aku akan gigih berusaha mencari masalah. Tunggu tanggal mainnya :D

Minggu, 15 September 2013

KKN selesai, Perjuangan dimulai



Alhamdulillahi robbil’alamin. Akhirnya KKN have done!

Banyak hal yang tak bisa aku tuliskan disini mengenai kegiatan yang super duper amazing satu ini. KKN, Kuliah Kerja Nyata; Kisah Kasih Nyata; Kisah Konyol Nyata; Kapan Kita Nikah; atau apalah itu. Tapi yg jelas dengan kegiatan KKN banyak sekali makna dari kehidupan yang dapat kita petik. Ya, menurutku KKN telah mengajari kita bagaimana bahagianya menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, betapa bahagianya kita dihargai dan dianggap “ada”, betapa indahnya jika kita selalu bersyukur walapun dengan segala keterbatasan yang ada. Dengan kegiatan KKN, telah membuka mata kita untuk melihat keadaan di luar sana yang cenderung lebih baik-baik saja, nyaman dan damai daripada hiruk pikuk keadaan di kota. Masih banyak hal yang tentunya tak dapat aku tuliskan. Kisah yang terjadi selama KKN pun tak kalah mengesankan. Mulai dari toleransi, pertengkaran, tawa, tangis hingga cinta lokasi pun ikut menjadi bumbu dalam kisah 2 bulan kami hidup bersama. Ah, KKN! sekali lagi telah memberikan warna apik dalam kanvas hidupku.
Kini, cerita KKN telah usai. Waktunya aku kembali melanjutkan perjalananku sebagai mahasiswa menginjak semester tujuh. Semester Tujuh. Kalian tentu tahu apa yang seharusnya dipikirkan di semester tujuh? Skripsi, benar sekali. Sebenarnya, makhluk yang bernama skripsi ini sudah kupikirkan jauh hari sejak aku menjadi mahasiswa baru. Namun, memikirkan saja kadang tidak membuahkan hasil apa-apa, toh? Buktinya hingga saat ini saya masih gabut, ngangkrak dan nggak pede buat deketin makhluk tersebut. Seorang teman seangkatanku yang terhitung dekat (kita sering main bareng, makan bareng, mandi bareng, bobo bareng) hampir, sudah mulai mengerjakan skripsi. Paling tidak, sudah menemukan judul. And you know? That’s make ​​me even absolutely more depressed!
Hari ini, semester tujuh sudah berjalan hampir tiga minggu dan aku belum ngapa-ngapain. Tapi, kali ini aku berjanji. Aku akan segera mencari masalah (untuk skripsi-). Sebenarnya, lulus 3,5 tahun bukan ambisiku. Aku masih muda, 20 tahun mennn!!! Belum cukup umur untuk skripsi #eh. Tapi kalau bisa, kenapa gak? Makannya aku bakal mencoba, kalau tidak dicoba kita tidak bisa tau bakalan sanggup atau tidak. Saya niat untuk segera memulai PDKT sama skripsi. Fokus bukan lagi tentang pacar yang defensif dan seenak jidatnya sendiri itu lagi. Eh, tapi masih kok. Tapi dengan skripsi, semoga bisa berkurang. Teman-teman doakan aku sukses PDKT dengan calon pujaan hati baruku ya. Aku akan memulai menjadi gadis skripsi. Semangat! \m/

Kamis, 20 Juni 2013

Cepat sembuh, papa :):

Papa, I love you as the stars
You're a bright shining example and a happy twinkling in my heart
 I miss you with all my being
You were the most important man in my life and always will be
 


Cepet sembuh ya, papa :)

 

 

 

 

 

Your little daughter,
Kartika Nirmala

Minggu, 26 Mei 2013

Senin, 18 Maret 2013

Selamat :)



Iya aku tahu. Aku tahu kalau ini sudah tanggal delapan belas. Sudah telat banget kalo aku baru posting tentang ulangtahunmu yang sudah tujuh hari yang lalu. Tapi apa salahnya, toh? Aku yakin kamu pun nggak bakal protes. Baca postingan ini aja mungkin enggak :D

Banyak rencana yang sudah kususun yang seharusnya terealisasikan tanggal sebelas kemarin, tepat di hari ulangtahunmu.

Harusnya aku sudah datang ke kotamu (yang juga kota kelahiranku) beberapa hari sebelum tanggal sebelas, tanpa kau ketahui. Aku akan bilang kalau aku masih di Jogja, sementara aku menyiapkan segalanya dengan bantuan sahabatku. Tepat hari H, aku akan datang pagi-pagi, meminta ijin kepada orang tuamu untuk membawamu pergi. Aku tutup kedua matamu dan membawa kamu ke suatu tempat dengan motorku. Ditempat tersebut, sudah ada sahabatku membawa roti tart cantik dengan dua lilin yang menunjukkan usiamu. Aku akan membuka penutup matamu. Dengan wajah bahagia, aku dan sahabat-sahabatku menyanyikan lagu selamat ulangtahun dan memintamu untuk meniup lilin. Sementara kamu pun tentu saja dengan wajah bahagiamu mengucapkan dalam hati tentang harapanmu kemudian meniup lilin, kemudian memotong kue. Kamu akan memberikan kue pertamamu untuk aku dan tanpa harus aku minta kamu akan menyuapiku. Kamu akan mendaratkan ciumanmu di keningku dan mengucapkan terimakasih bersama tatapanmu yang kerap kali membuat otakku lumpuh. Aku akan memberimu sebuah kado. Dengan tawa renyah, kamu dengan antusias akan segera membukanya. Lalu kamu memelukku, menciumku tepat di pipi kiri dan lagi-lagi mengucapkan terimakasih.
Hmm.. kamu tahu kan semua itu hanya “seharusnya”?  Realitanya, tanggal sebelas aku masih di Jogja, berkutat dengan brief-brief iklan yang tak bisa ditolerin. Aku muak sebenarnya, tapi ini sebuah tanggung jawab. Waktuku tersita. Syukurlah pada akhirnya, malam kemudian berbaik hati memberiku ruang untuk memberimu ucapan.


Kamu,
Salah satu yang masuk dalam deretan nama yang selalu kuperbincangkan dengan Tuhan
Selamat ber-makin dewasa ya
Selamat merajut asa
Terimakasih untuk waktu, usaha, tenaga yang selalu ada
Terimakasih untuk sepertujuh hidupmu selama bersamaku
Selamat ber dua puluh satu J
Untuk segala yang baik dan lebih baik di kehidupanmu, I love you 






Love

Minggu, 25 November 2012

Kau maya, mengudara


Ia datang membawa pesona lelaki sederhana. Bahkan bisa dibilang nyaris jauh dari kata istimewa.

Aku dan dia berkenalan diantara rintik hujan. Lagi-lagi hujan! Hujan selalu membuat hati seperti teremas. Suaranya yang berirama layaknya desahan mantra untuk menghadirkan kenangan bagi kebanyakan manusia diluar sana.  Berbeda ketika aku telah berhasil dibuat lemas oleh serbuan nada, meskipun awalnya biasa saja. Hasil rangkaiannya menyimpan beribu tanda tanya. Dia memang pemain kata yang lebih dari sekadar brilian. 

Kadang perasaan yang tak kau ketahui memang membuat seseorang menjadi aneh” begitu katamu.

Ya, Tuhan pasti punya maksud tertentu untuk apa kita saling mengenal. Dan aku percaya. Sungguh. Sejak malam itu, aku menjadi sering membayangkan bagaimana jari-jarimu menari. Memainkan huruf-huruf diatas keyboard untuk membentuk frasa-frasa sederhana. Terkadang, kau melenyapkan diri begitu cepat. Datang dan pergi sesuka hati.  Sekalipun, aku memang tak peduli. Mengapa? Karena kau maya. Kita akan hanya saling mengudara. Tetapi tunggu dulu, ijinkan aku berandai! Suatu ketika, bila Tuhan memberi kesempatan, sesungguhnya aku ingin cerita kita diungkap. Suatu malam nanti, kau akan datang dengan senyum. Dan tanpa harus berbalas kata pun, aku pastikan bahwa aku akan mengenalimu, meski kita belum pernah bertemu. Atau... setidaknya, kau sudi untuk mampir di mimpiku :D




Jogja,
membayangkan pelangi di matanya selepas hujan barusan

Jumat, 28 September 2012

I'm back


I'm back!
Aku kembali menulis lagi, bercerita lagi
Aku kembali bukan menjadi yang lain
Aku tetap seperti ini
Seperti diriku sendiri
Segala apa yang telah terjadi dalam setiap episode kehidupanku mungkin tak harus kuungkapkan segalanya disini atau dibeberapa carik kertas lain. Tak sempat. Aku terlalu menikmati kehidupanku. Susah, senang, menangis, tertawa, marah, sabar, penantian bahkan keputus asaan semuanya telah menjadi suatu hal yang amat biasa terjadi disetiap episodeku. Maaf, bukan cuma aku. Tapi kamu juga kan?
Menikmati segala keadaan apa adanya dengan lapang dada tentu tak semudah yang dibayangkan. Terkadang kita harus merasa seperti pesakitan. Atau mungkin menganggap Tuhan tak adil. Sekali lagi ku bilang semua itu hal yang sangat biasa terjadi kepada setiap orang yang “merasa” dirinya sedang menderita gundah gulana akibat suatu problematika dunia ( apaan deh -__- ). Bukankah sebagai manusia kita memang ditakdirkan untuk merasakan itu semua?
Hidup adalah sebuah proses
Jatuh.. berdiri lagi
Kalah.. mencoba lagi
Gagal.. bangkit lagi
Nikmati dan resapi segala apa yang terjadi. Anggap sebagai sebuah pendewasaan yang mengantarkanmu pada suatu kebahagiaan.

Selasa, 03 April 2012

Gengsi

Oke, berbicara tentang kamu sungguh tidak akan ada habisnya. Selalu ada saja hal yang ingin aku ungkapkan agar lambat laun nantinya akan terajut dalam sebuah cerita bernama kenangan. Hmm.. itu nanti. Sekarang aku masih tak rela jika semua itu disebut kenangan. Berawal dari smsmu malam ini dimana sudah bisa tertebak bahwa kamu membutuhkan formula keberanian untuk mengirimnya ke nomorku. Sebuah pesan singkat yang hanya berisi sapaan kemudian berlanjut dengan situasi yang kita bahkan tidak tau harus berlanjut seperti apa. Semacam canggung begitukah berkomunikasi denganku? Jujurlah, aku sangat mengenalmu.
Aku memang tipe orang yang tak bisa tinggal diam ketika ada sesuatu yang tidak semestinya. Kamu, sangat sangat sangat ingin berbicara denganku bukan? Mengapa harus ditutupi? Kamu pikir kepura-puraanmu yang seakan tidak membutuhkanku itu bisa menipuku? Tidak, sayang. Aku sangat mengenalmu. Kau membutuhkan seseorang yang menjagamu. Kamu tak bisa sendiri. Dan saat ini, bukankah hanya aku yang bisa melakukan itu? Jujurlah saja bahwa kau membutuhkanku sebelum kau menemukan yang baru. Mengapa harus ditutup-tutupi?
GENGSI?

Senin, 19 Maret 2012

Masih(kah) ada lagi

Minggu pagi yang tidak seperti biasanya. Sisa-sisa air mata tadi malam melekatkan kedua pelupuk mata, semakin enggan untuk terbuka. Hari ini dan hari-hari selanjutnya akan jauh berbeda. Masihkah kamu bersedia memberikan bahu sebagai sandaranku? Masihkah ada dadamu yang kau sigapkan untuk membasuh air mataku setiap aku terluka? Semua akan begitu abu-abu. Sebelumnya, aku pernah berpesan pada hati agar tidak terlalu dalam mencintaimu. Aku tak ingin tersiksa rindu saat aku sudah tak berhak merasakan itu. Namun nyatanya? hatiku egois untuk tetap terjun terlalu dalam. Aku telah berusaha membangun komitmen, memaklumi segala tentang keadaanmu yang memuakkan, memaafkan kesalahan yang berulang, mengorbankan hatiku digerogoti kesakitan itu.
Ya, tapi akhirnya aku sadar ketika komitmen yang aku pertaruhkan memang tak semulus yang dibayangkan. Aku, lebih tepatnya kami, mungkin harus melupakan janji-janji yang pernah terucap, menaguhkan cerita celoteh asmara yang pernah saling kita umbar. Tapi, aku tidak pernah menyesal mengambil keputusan itu, seperti aku yang tidak pernah menyesal bertemu denganmu.

Jumat, 16 Maret 2012

happy birth-bye

Hei, selamat ulangtahun untuk kali kedua aku ucapkan ini sejak aku dan kamu bersepakat menjadi “kita”. Selamat ulangtahun untuk kamu yang kini sudah berkepala dua, sudah dewasa tentunya.
Tepat pukul 00.00 ketika aku meneleponmu dengan rajauan airmata yang tentu kau tak lihat. Aku yang memberimu ucapan kebahagiaan dalam balutan emosi dan perih, menggugurkan segala macam stigma buruk yang beberapa hari telah mengkakukan kontak. Memang, kita tak sedang bertengkar kini. Beradu argumen kecil pun tak. Hanya gurau sedikit dan kecanggungan yang sengaja disembunyikan agar semua terlihat baik-baik saja. Semacam klise. Beberapa sempat kita tertawa kecil, saling berucap rindu, bahkan berjuluk sayang. Aku tahu bahwa mensinergikan antara hati dan pikiran kini akan merambah pada dua ekspresi yang bertolak belakang. Malam ini, meski kita tak lagi berdebat, kita tak lagi berbicara luka, namun kata-kata indah yang saling kita ucapkan itu fana. Seiring berakhirnya detik telepon ke seribu tiga ratus tujuh, akankah berakhir pula apa yang kita bangun selama hampir bulan ke dua puluh dua, sayang?
Sebentar, masih boleh aku menyebutmu sayang? Ah sebutan lama.